Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan
tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk
dikembangkan. Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas
ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi
dibandingkan dengan biaya produksi. Kendala yang ditemui oleh para
eksportir adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak
mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang diterima. Adapun
negara-negara tujuan ekspor adalah Amerika Serikat, Belanda, Uni Emirat
Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong, Bangladesh dan Korea. Bahkan Hongkong
yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang
diolah dari jahe yang diimpor dari Indonesia.
Tiga jenis jahe yang berprospek adalah jahe putih besar (jahe gajah), jahe putih kecil dan jahe merah. Di antara ketiga jenis jahe tersebut, jahe gajahlah yang memiliki demand terbesar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Demand jahe dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan tren peningkatan konsumsinya, yaitu dengan pertumbuhan 18,71 % setiap tahunnya selama periode 1984-1990. Demand jahe gajah di pasar domestik, seperti catatan koperasi BPTO (Kobapto) Kab. Tawamangun, Jawa Tengah, berkisar 5.000 ton per tahun. Hampir semua industri obat tradisional di Jawa Tengah membutuhkan jahe gajah sebagai bahan baku produksinya. Misalnya, PT. Sidomuncul membutuhkan sekitar 15 to per bulan, PT. Air Mancur 15 ton per bulan, CV Temu Kencono 10-12 ton per tahun dan PT. Indotraco 40 ton per bulan.
Untuk data ekspor jahe Indonesia rata-rata meningkat 32,75 % per tahun. Sedangkan pangsa pasar jahe Indonesia terhadap pasar dunia 0,8 %. Ini artinya, peluang Indonesia untuk ekspor jahe Indonesia masih memiliki potensi yang cukup besar.
Dalam pengembangan tanaman obat sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari berbagai faktor penyokong. Faktor penyokongnya seperti tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal lama oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
Dengan kondisi tersebut, diharapkan semakin banyak masyarakat yang melakukan budidaya jahe. Dengan tujuan utama untuk memenuhi pangsa pasar ekspor yang masih terbuka luas dan kebutuhan lokal.
Tiga jenis jahe yang berprospek adalah jahe putih besar (jahe gajah), jahe putih kecil dan jahe merah. Di antara ketiga jenis jahe tersebut, jahe gajahlah yang memiliki demand terbesar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Demand jahe dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan tren peningkatan konsumsinya, yaitu dengan pertumbuhan 18,71 % setiap tahunnya selama periode 1984-1990. Demand jahe gajah di pasar domestik, seperti catatan koperasi BPTO (Kobapto) Kab. Tawamangun, Jawa Tengah, berkisar 5.000 ton per tahun. Hampir semua industri obat tradisional di Jawa Tengah membutuhkan jahe gajah sebagai bahan baku produksinya. Misalnya, PT. Sidomuncul membutuhkan sekitar 15 to per bulan, PT. Air Mancur 15 ton per bulan, CV Temu Kencono 10-12 ton per tahun dan PT. Indotraco 40 ton per bulan.
Untuk data ekspor jahe Indonesia rata-rata meningkat 32,75 % per tahun. Sedangkan pangsa pasar jahe Indonesia terhadap pasar dunia 0,8 %. Ini artinya, peluang Indonesia untuk ekspor jahe Indonesia masih memiliki potensi yang cukup besar.
Dalam pengembangan tanaman obat sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari berbagai faktor penyokong. Faktor penyokongnya seperti tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal lama oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
Dengan kondisi tersebut, diharapkan semakin banyak masyarakat yang melakukan budidaya jahe. Dengan tujuan utama untuk memenuhi pangsa pasar ekspor yang masih terbuka luas dan kebutuhan lokal.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar