Mana yang benar?
1 < 10 ?atau
1 > 10 ?
~ S uksesTotal.com ~
Agar kehidupan kita terasa sebagai sebuah kesuksesan setiap harinya, bermakna dan menyenangkan, sesuatu yang benar-benar kita nikmati, cobalah untuk selalu mengingat satu prinsip ini, yaitu bahwa 10 tidak selalu lebih besar dari 1.
Putri terkecil saya (4 tahun) sedang mulai belajar mengenal konsep angka. Yang paling disukainya adalah ketika saya pulang kantor dan membawakannya beberapa permen untuk dibagi dengan kakak-kakaknya. Kalau saya biarkan dia membagi permen tersebut, maka dia akan mengambil paling banyak dan menyisakan hanya dua buah saja untuk dua orang kakaknya, masing-masing satu.
Dia sudah tahu bahwa 10 itu lebih banyak daripada 1.
Sebuah konsep matematika yang juga telah begitu kuat mewarnai kehidupan kita.
Menariknya, gara-gara konsep ini kita sering merasa bahwa hidup kita kurang sukses, kurang lengkap, kurang kaya, dan akhirnya merasa kurang bahagia.
Ini semua gara-gara menurut ilmu matematika, 10 itu lebih besar daripada 1, 100 lebih besar daripada 10, 1000 lebih besar daripada 100. Dan seterusnya. Menurut matematika beginilah seharusnya. SELALU. Tidak boleh berubah.
Seiring bertambahnya umur kita, semakin kuatlah konsep tersebut tertanam di benak kita, menjadi bagian tidak terpisahkan mentalitas kita. Bahwa:
- More is always more. And More = Better.
- Lebih banyak itu selalu lebih besar. Dan lebih banyak/besar itu lebih baik.
Dan keyakinan/mentalitas ini pun kemudian kita bawa-bawa ke
mana-mana, ke semua bagian hidup kita yang lain. Segala sesuatu yang
kita alami,
kita terima, kita keluarkan, dsb. akhirnya kita ukur dengan konsep ini.
- Lebih banyak itu selalu lebih besar. Dan lebih banyak/besar itu lebih baik.
- Bila kita tidak mempunyai lebih banyak, kita tidak merasa sukses.
- Bila kita tidak menerima lebih banyak, kita juga tidak merasa sukses.
- Bila milik kita tidak lebih besar, kita merasa kurang.
- Bahkan dalam memberipun, kita juga menetapkan standar lebih besar; kalau kita tidak bisa memberi dalam jumlah lebih banyak dari, katakan, tetangga kita, kita merasa tidak mampu.
Akhirnya, hidup ini jadi terasa sesak. Bagai sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan persaingan. Bersaing dalam segala hal untuk menjadi, melakukan dan memiliki segala sesuatu yang lebih banyak dan lebih besar, karena lebih banyak atau lebih besar terlanjur dianggap lebih baik.
- Kita gerah dengan rekan kerja yang bergaji lebih besar.
- Kita gundah melihat tetangga memiliki harta yang lebih banyak.
- Kita gelisah bila tidak mendapatkan rejeki sebanyak yang didapatkan orang lain.
Kita lupa bahwa kekayaan, kesuksesan, kebahagiaan tidak selalu melibatkan angka dan konsep matematika.
Sekarang, bayangkan saya beri Anda 1 buah mangga dan 10 buah pisang.
Padahal Anda SANGAT SANGAT SUKA mangga dan tidak terlalu doyan pisang.
Maka,
saya yakin Anda akan jauh lebih menikmati pengalaman memakan si mangga
dari pada makan si pisang.
Mangga atau Pisang?
Walaupun Anda memiliki pisang yang jumlahnya lebih banyak, tetapi Anda pasti lebih berbahagia memiliki mangga (meski jumlahnya cuma satu) karena memang buah tersebut favorit Anda.
Mungkin Anda memang akan memakan pisangnya, tetapi bisa jadi itu karena si pisang tersedia di dekat Anda, dan bukan karena Anda menyukainya.
Sementara dengan si mangga, Anda akan memakannya karena Anda memang sangat menyukainya. Dan karenanya Anda sangat menikmati mangga yang harum dan manis tersebut, apalagi jumlahnya yang cuma sedikit membuatnya terasa makin nikmat.
Betul bukan?
Jadi, masihkah dan bisakah Anda mengukur kebahagiaan dan kesuksesan hidup ini dengan sebuah patokan angka dan jumlah?
LEBIH BANYAK = LEBIH BAIK? - DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Dalam kehidupan ini, prinsip bahwa 10 tidak selalu lebih besar/banyak/baik dari 1 bisa kita temukan dengan sangat mudah sehari-hari. Tetapi memang kita sering tidak menyadarinya.
Mari kita lihat ilustrasi berikut:
Ada satu keluarga (Keluarga A) yang memiliki 4 buah mobil di garasinya. Satu untuk sang suami kerja, satu untuk sang istri kerja. Satu untuk mengantar anak-anak sekolah. Satu lagi untuk seluruh keluarga pergi berlibur.
Lalu ada keluarga lain (Keluarga B) yang tidak memiliki mobil sama sekali. Hanya satu buah sepeda motor butut.
Dalam kacamata umum, kita akan melihat dan menilai bahwa keluarga dengan empat mobil jauh lebih kaya daripada keluarga dengan satu motor butut. Dan, karenanya banyak orang yang lebih menginginkan untuk mengalami nasib seperti keluarga A.
Hanya saja, bila kita paham bahwa definisi dan ukuran kekayaan adalah manfaat atau value yang kita miliki dan berikan kepada masyarakat, bahwa kekayaan adalah kegunaan dan kebaikan kita terhadap sesama, maka penilaian siapa yang lebih kaya di atas BELUM TENTU akurat.
Ke 4 mobil keluarga A, bisa jadi hanya BERGUNA untuk keluarga itu sendiri, sehingga mobil-mobil tersebut tidaklah memiliki value untuk masyarakat. Bahkan, polusi dan biaya tinggi maintenance karena adanya ke 4 mobil tersebut menjadi beban bumi dan merupaka liabilitas atau beban bagi semua manusia.
Sementara motor keluarga B bisa jadi lebih berguna, karena pemiliknya adalah orang yang dermawan dan gemar menolong. Bila mengantar anaknya ke sekolah dia bersedia di'tebengi' anak lain yang kebetulan tidak punya kendaraan. Atau bila ada tetangga yang membutuhkan pertolongan dia tidak segan mengantar mereka ke manapun. Sepeda motor tersebut juga boleh dipinjam siapa saja yang memang sedang perlu, yang intinya, harta itu memiliki guna dan manfaat yang lebih banyak bagi lebih banyak orang, maka kekayaan ini jelas bisa dipandang lebih bernilai.
Sementara harta keluarga A yang berupa ke empat mobilnya tadi walaupun memang aset atau kekayaan bagi mereka, tetapi bisa jadi malah merupakan beban atau tanggungan bagi masyarakat lain.
Dari ilustrasi ini kita bisa lihat, harta kekayaan yang banyak belum
menjadi ukuran kekayaan seseorang, bila belum disertai dengan nilai,
atau manfaat alias VALUE untuk manusia lain.
Bahkan, ada kondisi ketika memiliki harta yang banyak bukan sebuah
hal yang menyenangkan, sama seperti kasus mangga dan pisang di atas.
Bisa jadi, karena banyaknya harta yang dimiliki, justru banyak beban pengeluaran dan pajak yang harus ditanggung yang membuat pemiliknya justru tidak bisa menikmati kehidupan yang tenang dan bahagia.
Jadi sekali lagi, jumlah harta yang lebih banyak atau lebih besar tidak menjadi tolok ukur kekayaan kita.
Banyak contoh seperti ini dalam kehidupan kita.
Bagi pelajar, misalnya, ranking dan nilai yang lebih tinggi tidak berarti lebih baik bila didapatkannya dengan cara yang curang, misalnya. Karena toh nilai hasil curang tersebut tidak akan membantu si pelajar mempelajari informasi atau kemampuan baru apapun, alias tidak memiliki manfaat.
Kedudukan kita yang tinggi dalam sebuah jabatan tidak akan berguna atau bermakna bila kita tidak memberi manfaat apapun kepada sesama dengan kedudukan tersebut.
Katakan Anda seorang kepala Kantor Dinas Kesehatan sebuah wilayah, tetapi Anda tidak mampu, apapun alasannya, untuk mencegah terjadinya kasus-kasus kurang gizi dalam masyarakat atau tidak berhasil memperjuangkan pelayanan kesehatan yang baik dan terjangkau untuk semua lapisan masyarakat di wilayah tugas Anda. Maka, tidak ada gunanya Anda membanggakan kedudukan tinggi yang hanya membawa manfaat untuk diri Anda sendiri tersebut.
Katakan Anda seorang pedagang yang laris dan banyak mendapat untung dari usaha Anda. Tetapi Anda tahu, Anda tidak sepenuhnya jujur dengan jualan Anda. Anda meminta harga yang terlalu mahal untuk barang yang sebenarnya tidak bagus kualitasnya. Jadi apa manfaatnnya keuntungan Anda tersebut untuk masyarakat. Value apa yang Anda tawarkan untuk sesama?
Sekali lagi, kunci kekayaan Anda adalah MANFAAT dan NILAI atau VALUE Anda kepada sesama. Semakin besar nilai Anda dan
semakin banyak masyarakat yang mendapatkan manfaat tersebut, maka semakin kayalah Anda.
Bila tidak, jelas Anda tidak bisa mengklaim diri sebagai orang kaya.
Uang saya jelas tidak sebanyak para miliarder, tetapi saya tidak pernah merasa kalah kaya dari mereka.
Pertama, karena uang tersebut saya dapatkan dengan cara yang baik dan halal.
Kedua, semua uang tersebut saya gunakan dengan sebaik-baiknya untuk menikmati hidup yang menyenangkan. Hidup yang benar-benar menjadi kehidupan ideal impian saya. Uang saya menjadi sarana saya berekspresi dengan sebaik-baiknnya dalam kehidupan ini. Saya tidak menahan-nahan uang saya tersebut untuk suatu kejadian tidak menyenangkan yang mungkin terjadi di masa depan. Saya tidak cemas akan hal tersebut.
Ketiga, saya tidak terikat dengan uang tersebut. Dalam arti, apapun yang harus terjadi dengan uang itu, saya tidak akan sedih, gundah, apalagi gusar dan marah. Kalau memang harus habis, tidak masalah. Kalau memang harus berkurang, tidak masalah. Bila perlu sesuatu dan sedang tidak ada uang, itu tidak masalah juga, karena saya juga tahu jalan keluarnya. Uang saya tidak membebani saya.
Terakhir, dan yang terpenting, saya tahu uang saya membawa manfaat yang banyak, baik itu untuk hidup saya sendiri maupun untuk banyak orang-orang lain di sekitar saya (tidak terbatas hanya kalangan keluarga), entah secara langsung maupun tidak langsung.
Website ini misalnya, (saya ambil satu contoh kecil saja) saya biayai sepenuhnya dengan uang saya sendiri. Semua materi isi website saya dapatkan dengan biaya sendiri. Tetapi, saya sangat menikmati dan mendapat manfaat besar juga dari semua proses belajar tersebut. Lalu, sekarang, website ini membawa manfaat untuk banyak orang lain lagi.
Maka bisa saya katakan, saya benar-benar mendapatkan "buah favorit" saya, yang terbaik pula, mangga harum manis terenak, dengan semua uang saya. Jadi siapa bilang saya tidak kaya? :D
Walau cuma punya satu atau sedikit, bila satu hal tersebut membawa
manfaat yang lebih besar kepada lebih banyak orang, maka satu hal
tersebut adalah
kekayaan yang lebih baik dan berharga dibandingkan sesuatu yang tidak
bermanfaat kepada sesama, sebanyak apapun jumlahnya.
KEHIDUPAN YANG ANDA INGINKAN
Dalam urusan menikmati kehidupan yang Anda inginkan, pastikan Anda juga menggunakan semua sumber daya Anda, waktu, energi dan dana yang Anda punya untuk menikmati kehidupan impian tersebut.
Kalau Anda sangat menyukai Mangga, dan seseorang memberikannya kepada Anda, tentu akan lebih bijak bila Anda memakannya dengan segera sebelum keburu busuk dan akhirnya malah terbuang, bukan?
Kalau Anda sangat menyukai Mangga, dan uang Anda hanya cukup untuk membeli satu mangga, apakah Anda akan membeli sesisir pisang yang tidak Anda sukai hanya karena bisa mendapat lebih banyak daripada kalau membeli Mangga?
Ini sama dengan waktu Anda yang toh tidak akan lama di dunia ini.
Akankah waktu Anda tersebut Anda habiskan dengan hal-hal yang meski banyak jumlahnya tetapi tidak "menyenangkan" Anda? Atau habis hanya untuk sibuk, sibuk, sibuk, ini dan itu, yang tidak memiliki Value?
Atau, akankah waktu tersebut Anda gunakan sebaik-baiknya untuk
memberi makna kehidupan Anda di dunia ini, menaburkan benih kebaikan di
setiap
kesempatan, meninggalkan jejak manfaat di setiap langkah?
Katakan Anda bangun pagi dan mulai memikirkan 10 hal yang akan Anda
kerjakan hari itu. Berapa hal yang akan Anda kerjakan tersebut yang
benar-benar
Anda inginkan? Yang membuat hati Anda bernyanyi riang? Yang sesuai
dengan apa yang telah Anda tuliskan dalam buku
doa Anda? Yang memberi makna pada hari Anda tersebut?
Berapakah dari hal yang akan Anda lakukan pada satu hari itu yang merupakan hal-hal yang benar-benar Anda sukai?
Dan berapakah dari hal-hal dalam keseharian Anda tersebut yang hanya seperti pisang di atas? Hal yang dimakan karena kebetulan ada? Hal-hal yang Anda lakukan karena merupakan bagian dari rutinitas keseharian Anda? Aktifitas yang Anda lakukan hanya karena Anda adalah orang yang sibuk dan harus menyelesaikan begitu banyak hal, karena Anda pekerja keras sehingga tidak boleh menganggur sedikitpun? Sibuk-sibuk-sibuk ...?
Bila kita ingin menjadi manusia-manusia yang produktif secara spiritual, manusia yang sukses total, maka Anda harus berhenti memakan pisangnya terlebih dahulu hanya karena Anda sayang untuk menikmati mangganya sekarang. "Itu buah enak sekali, aku simpan dulu ah, aku makannya nanti saja. Sekarang aku habiskan yang tidak enak ini duluan."
This is not how this life works. Bukan begini cara kerja kehidupan kita.
Selain ada Hukum Ketertarikan (LOA) yang akan membuat Anda menarik apapun yang menjadi fokus perhatian Anda, ada juga Hukum Kekosongan atau "The Law of Vacuum", di mana alam tidak menyukai kekosongan dan pasti akan segera mengisi semua hal yang telah kosong, sebagaimana air pasti mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Jadi, bila waktu Anda dihabiskan untuk menuntaskan semua tetek bengek kehidupan yang bukan hanya tidak perlu tetapi juga tidak menyenangkan, coba tebak apa yang akan terjadi?
Ya, akan datang lebih banyak lagi tetek bengek tidak penting dalam kehidupan Anda untuk dikerjakan.
Bila kita berfokus pada urusan-urusan yang tidak penting, maka
hal-hal yang tidak penting dan tidak sejalan dengan tujuan hidup kita
tadilah yang
akan terus tertarik untuk berdatangan dalam hidup kita.
Ini berarti, bila kita ingin hidup kita sukses dan bermakna setiap
hari, lakukan hal-hal yang bermakna, yang benar-benar Anda inginkan
untuk
terjadi dalam kehidupan ini, sebagaimana yang telah Anda detilkan dalam
daftar permintaan Anda.
Fokuslah pada hal-hal yang menjadi tujuan hidup Anda di dunia ini.
Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah yang saya lakukan saat ini membawa saya lebih dekat lagi kepada hal yang benar-benar saya inginkan dalam hidup? Ataukah tidak membuat perubahan apa-apa? Atau justru menjauhkan saya dari tujuan hidup saya?"
SELALU HUBUNGKAN SEMUA TINDAKAN ANDA DENGAN NIAT HIDUP ANDA
1 Tindakan/aksi yang dilandasi dengan sebuah niat yang fokus memiliki power yang lebih besar dibandingkan dengan 10 tindakan yang tidak selaras dengan niat dan tujuan hidup kita.
Mereka yang produktif secara spiritual bukanlah yang mengerjakan
lebih banyak hal, tetapi mereka yang sadar dan selalu berjalan selaras
dengan
niat dan tujuan hidup mereka, dengan apa yang mereka cari di dunia ini,
sehingga bisa memfokuskan semua energy mereka ke arah yang tepat.
Jadi ambil satu tindakan sekarang yang selaras dengan apa yang benar-benar Anda inginkan dalam daftar permintaan
Anda, maka Andapun selangkah lebih dekat lagi dengan hal tersebut.
Jangan khawatir akan urusan-urusan lainnya. God will take care of them.
Sebagai ibu bekerja, keinginan saya adalah untuk bisa menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak-anak saya, menikmati dan mendampingi masa pertumbuhan mereka. Maka, sebisa mungkin, saya tidak melakukan pekerjaan kantor lagi bila sedang di rumah. Putra-putri saya adalah hidup saya di rumah. Waktu saya untuk mereka selama mereka belum tidur dan membutuhkan saya. Mereka adalah "mangga" saya. Biarpun cuma satu, saya tidak akan menukarnya dengan "pisang" sebanyak apapun.
Waktu sebanyak apapun toh tidak akan cukup untuk melakukan semuanya. Pekerjaan kantor, pekerjaan sampingan serta pekerjaan rumah saya toh selalu akan terus menumpuk betapa kerasnya pun saya bekerja, jadi kenapa terus mengorbankan apa yang menjadi buah hati kita untuk sesuatu yang tidak selaras dengan tujuan dan impian hidup tersebut?
Walau Anda cuma punya satu, bila itu benar yang menjadi keinginan
Anda, maka esensinya Anda sudah mendapatkan semuanya. Itulah kekayaan
yang berharga.
Selamat menikmati kehidupan yang benar-benar Anda impikan sekarang juga.
Jadi, sekali lagi, mari kita tidak pernah lupa prinsip berikut:
Our true wealth is the good we do in this world.
Kekayaan hakiki kita adalah kebaikan yang kita berikan kepada dunia; manfaat kita; jasa dan pelayanan kita kepada sesama.
~ P
rophet Muhammad PBUH (Peace Be Upon Him) ~
Sumber :
http://www.suksestotal.com/nilai-kehidupan.html